Kemajuan teknologi menyerupai pisau bermata dua. Di satu sisi, kemajuan teknologi menciptakan hidup insan kian mudah. Dengan adanya internet misalnya, mereka yang terpisah jarak ribuan kilometer sanggup berkomunikasi satu sama lain dengan cepat dan mudah. Keberadaan internet juga menyebabkan isu sanggup menyebar luas dengan cepat dan membantu memangkas kesenjangan pengetahuan.
Internet di sisi lain sayangnya juga sanggup membawa dampak negatif yang berbahaya kalau berada di tangan yang salah. Sudah tidak terhitung banyaknya kegiatan ilegal yang dilakukan di dunia maya alasannya ialah di internet, orang-orang sanggup menyembunyikan identitasnya sendiri. Jaringan internet juga menjadi sarana penyebaran virus dan jadwal berbahaya yang merugikan komputer korbannya.
Seiring dengan semakin berkembangnya teknologi piranti lunak, jadwal jahat yang beredar di internet pun juga semakin beragam. Baik dalam hal tingkat kerusakan hingga bagaimana jadwal tersebut menginfeksi sistem operasi korbannya. Dalam kurun waktu beberapa tahun belakangan ini, ransomware menjadi jadwal perusak yang kian sering dibicarakan oleh orang banyak.
Ransomware intinya ialah sejenis jadwal yang menyusup pada komputer korbannya secara ilegal. Apa yang menciptakan ransomware berbeda kalau dibandingkan dengan program-program perusak lainnya ialah ransomware bakal “menyandera” sistem operasi komputer milik korban beserta data di dalamnya.
Jika korban ingin mendapat kembali data miliknya, maka korban harus mengirimkan uang ke rekening pelaku dengan metode tertentu. Pelaku biasanya meminta semoga korban mengirimkan uang dalam wujud mata uang virtual (misalnya bitcoin) alasannya ialah dengan metode ini, identitas dan lokasi orisinil pelaku tetap sanggup dirahasiakan.
Dengan melihat hal-hal tadi, maka banyak yang memprediksi kalau fenomena serangan ransomware bakal kian sering terjadi di masa depan. Lantas, apa sajakah ransomware yang sudah diketahui oleh publik? Jika anda penasaran, segmen berikutnya dalam goresan pena ini akan menguak sebagian di antaranya.
WannaCry
Ransomware inilah yang sempat menjadi buah bibir pada tahun 2017 silam. Bahkan mereka yang kurang melek internet pun sanggup jadi pernah mendengar ransomware ini. Entah alasannya ialah mereka sendiri pernah menjadi korban, atau alasannya ialah serangan ransomware ini sempat diliput secara luas oleh media mainstream.
Saat WannaCry menginfeksi jaringan komputer di seluruh dunia pada bulan Mei 2017 lalu, sebanyak 200 ribu sistem operasi yang tersebar di lebih dari 150 negara menjadi korbannya. Sejumlah akomodasi umum semisal bank dan rumah sakit sempat berada dalam kondisi lumpuh alasannya ialah jaringan komputernya dibajak oleh jadwal jahat ini.
WannaCry sendiri menyebar melalui lampiran pada e-mail yang disamarkan. Saat file tersebut tanpa sengaja diaktifkan, WannaCry akan tersambung ke semacam tautan rahasia sebelum kemudian mulai menyandera komputer korbannya. Saat ransomware ini aktif, muncul pesan peringatan kalau data yang ada di komputer korban tidak sanggup lagi diakses. Jika korban ingin mendapat kembali datanya, maka korban diminta mengirimkan bitcoin ke alamat tertentu.
WannaCry sendiri aslinya merupakan jadwal yang dikembangkan oleh tubuh intelijen AS untuk mengeksploitasi celah yang ada pada sistem operasi Windows. Namun entah bagaimana, isyarat jadwal tersebut bocor dan kemudian dimanfaatkan untuk menciptakan WannaCry. Menurut otoritas AS dan perusahaan antivirus Symantec, dalang di balik serangan WannaCry pada tahun 2017 kemudian ialah kelompok peretas asal Korea Utara.
Petya
Sebelum WannaCry menjadi sensasi, Petya menyandang status sebagai ransomware paling terkenal. Dampak serangannya yang luar biasa menjadi penyebab mengapa jadwal jahat ini sanggup menyita perhatian khalayak internet. Normalnya dikala komputer dinyalakan, maka komputer akan tersambung menuju layar sistem operasi dan desktop.
Namun kalau komputer terinfeksi oleh Petya, maka layar yang menampilkan sistem operasi tidak akan muncul. Yang muncul justru ialah gambar tengkorak raksasa yang berkedip-kedip. Jika pengguna komputer menekan tombol apa pun pada keyboard, pesan peringatan kalau komputer korban terinfeksi Petya akan muncul. Korban kemudian diminta mengirimkan bitcoin ke alamat tertentu kalau ingin semoga komputernya normal kembali.
Petya mulai menyita perhatian publik ketika jadwal tersebut menginfeksi komputer-komputer milik perusahaan Jerman pada tahun 2016. Supaya sanggup menginfeksi komputer korbannya, Petya disamarkan sebagai dokumen lamaran pekerjaan yang dilampirkan pada e-mail. Untungnya, antivirus-antivirus yang beredar di pasaran kini sudah sanggup mengenali Petya dan melumpuhkannya.
Satan
Satan dalam bahasa Rusia berarti “setan”. Dan mirip namanya, ransomware yang satu ini memang jahat layaknya setan. Jika suatu komputer terinfeksi ransomware ini, maka komputer korban bakal menampilkan pesan kalau komputernya sudah terinfeksi oleh Satana. Korban juga diminta mengirimkan bitcoin kalau ingin komputernya normal kembali. Jika bitcoin sudah dikirim, pengembang Satana berjanji akan mengirimkan isyarat khusus untuk menormalkan kembali komputer korbannya.
Namun kekejaman yang ditunjukkan oleh Satana masih belum berhenti hingga di sana. Saat ransomware ini aktif, Satana bakal memindai file-file yang tersimpan di dalam komputer dan kemudian mengubahnya semoga file tersebut tidak sanggup lagi dibuka. Dengan kata lain, kalau komputer korban hingga terinfeksi oleh ransomware ini, maka korban harus berkemas-kemas mengucapkan selamat tinggal kepada file-file yang tersimpan di komputernya.
Jigsaw
Jika anda ialah penggemar film horor, maka seri film Saw tentunya bukanlah judul yang asing bagi anda. Film ini sendiri menampilkan abjad pembunuh berantai berjulukan Jigsaw yang mempunyai kebiasaan menempatkan korban-korbannya dalam jebakan berbahaya. Jika anda merasa ngeri dikala melihat Jigsaw “menguji” korban-korbannya, maka bersiaplah untuk kembali didera perasaan yang sama dikala komputer anda diuji oleh versi ransomwarenya.
Saat komputer seseorang terinfeksi oleh ransomware Jigsaw, maka layar komputernya akan menampilkan wajah Billy, boneka yang dipakai oleh Jigsaw untuk berkomunikasi sambil menyamarkan identitasnya. Deretan goresan pena kemudian akan muncul satu demi satu secara otomatis untuk menjelaskan kalau komputer korban terinfeksi oleh ransomware ini.
Seperti ransomware lainnya, Jigsaw juga meminta semoga korban mengirimkan bitcoin ke alamat tertentu semoga komputernya sanggup dibuka kembali. Namun yang menciptakan Jigsaw berbeda dari ransomware lainnya ialah Jigsaw memperlihatkan batasan waktu tertentu pada korbannya. Jika hingga batas waktu tersebut korban belum juga mengirimkan tebusan bitcoin, maka file yang tersimpan dalam komputer korban akan dihapus satu demi satu.
Pokemon
Masih ingat dengan fenomena Pokemon GO yang dulu sempat menjangkiti para pengguna ponsel pintar? Saat demam Pokemon GOtengah hangat-hangatnya, fenomena tersebut lantas coba dicatut oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Oknum tersebut menciptakan ransomware yang disamarkan sebagai aplikasi Pokemon GO untuk perangkat komputer.
Saat ransomware ini berhasil menyusup ke dalam komputer korbannya, ransomware ini secara belakang layar akan menciptakan akun direktur gres di komputer korbannya. Ransomware tersebut kemudian akan menampilkan gambar Pikachu dan pesan peringatan dalam bahasa Arab. Dengan melihat bahasa yang digunakannya, berpengaruh kemungkinan kalau ransomware ini bahu-membahu menargetkan pengguna komputer yang berbahasa Arab kendati mereka yang tidak berbahasa Arab juga berpeluang terkena ransomware ini.
Ransomware ini sendiri belakangan diketahui sebagai hasil pengembangan dari Hidden Tear, ransomware yang kodenya bersifat open source alias sanggup diutak atik. Saat pertama kali merilis Hidden Tear, sang pengembang semenjak awal mewanti-wanti kalau ransomware buatannya dirilis semata-mata untuk membantu publik memahami cara kerja ransomware, bukan untuk keperluan ilegal dan merugikan orang lain. Sayangnya kasus ransomware Pokemon ini memperlihatkan kalau peringatan yang diumumkannya tidak dipatuhi oleh semua pihak.
Sumber http://www.anehtapinyata.net
0 comments:
Post a Comment