Bunyip yakni makhluk berukuran besar dalam mitologi suku Aborigin di Australia.
Di banyak benua selama zaman es terakhir, sekitar 50.000 hingga 12.000 tahun yang lalu, spesies megafauna yang telah hidup di sana selama ratusan ribu tahun menjadi punah.
Entah perubahan iklim atau ulah insan telah menjadikan kepunahan ini. Ini berarti, tentu saja bahwa orang mungkin mengetahui ihwal bagaimana megafauna terlihat, bagaimana mereka berperilaku, bagaimana mereka diburu secara efektif dan seterusnya.
"Apakah ada kemungkinan potongan pengetahuan ini mencapai kita yang hidup kini ?", Hebatnya, saran itu tampak masuk akal.
Sebuah kolaborasi antara para ilmuwan di Australia dan di Brazil telah menawarkan bahwa ada banyak kesamaan dalam catatan verbal (dan visual) dari makhluk yang kini punah.
Kesamaan ini berasal dari sifat-sifat megafauna di Australia dan di Amerika Selatan dan konteks geologisnya, terutama di potongan yang lebih kering di mana megafauna tertentu lebih umum sebab kurangnya vegetasi yang lebat.
Di sebagian besar Australia, spesies megafauna dianggap telah punah sekitar 40.000 tahun yang lalu, meskipun diketahui beberapa pengecualian.
Contohnya, bila Palorchestes azael memang digambarkan di Kimberley Rock Art, maka kemungkinan hewan tersebut bertahan hingga baru-baru ini.
Kesimpulan yang sama sanggup ditarik ihwal Genyornis, burung besar yang tidak sanggup terbang di Australia.
Cara bagaimana burung-burung ini diburu oleh orang Tjapwurung di Australia selatan, telah hingga kepada kita hari ini, menyarankan bahwa Genyornis (atau yang sejenisnya) mungkin telah bertahan secara signifikan hingga baru-baru ini daripada yang dikatakan sebelumnya (yaitu 41.000 tahun).
Penduduk orisinil Australia juga diketahui hidup berdampingan dengan Zygomaturus trilobus, setidaknya selama 17.000 tahun.
Banyak detail sifat mereka telah dimasukkan ke dalam ingatan budaya dalam waktu yang sangat panjang dari orang-orang Aborigin.
Kesamaan antara rekonstruksi paleontologi menurut informasi ihwal megafauna yang telah punah dan citra mereka dalam seni batuan kuno, menyisakan sebuah keraguan bahwa apakah suku Aborigin Australia dan Brazil mengenal dengan baik makhluk-makhluk ini.
Dari apa yang kita ketahui ihwal dongeng di masyarakat pra-literasi (sebelum tulisan), sepertinya deskripsi orisinil ihwal megafauna Australia dan Brazil yang telah punah dalam ingatan pribumi telah berevolusi seiring berjalannya waktu, dan secara berturut-turut dipakai pada spesies yang ditakuti atau dengan spesies yang tidak mereka kenal.
Di Australia, mungkin bahwa makhluk yang dikenal oleh suku Aborigin Australia sebagai kadimakara awalnya yakni Diprotodon.
Diprotodon |
Namun, di beberapa tempat, kadimakara kemudian menjadi nama untuk buaya besar.
Mungkin Bunyip, yang intinya yakni hewan buas di Australia, yang juga dikatakan mengerang dan melenguh tanpa henti dari lubang air, yakni nama yang baru-baru ini diberikan kepada tikus air besar atau rakali, sesuatu yang sanggup disalah artikan sebagai berang-berang.
Rakali |
Tetapi, nama "Bunyip" juga mungkin sebelumnya telah ditetapkan pada suksesi (sejumlah makhluk yang menyebarkan karakteristik tertentu) makhluk aneh.
Sebagai contoh, laporan tahun 1846 yang melaporkan kelompok-kelompok pribumi setempat yang mengingat bahwa Bunyip setinggi pohon karet dan merobek pohon, menempatkan aliran ihwal Palorchestes azael, yang berperilaku menyerupai itu.
![]() |
Salah satu yang paling populer yakni Mapinguari, makhluk bipedal besar bercakar tajam, yang kemungkinan didasarkan pada ingatan penduduk setempat ihwal seekor sloth tanah raksasa yang seharusnya punah sekitar 12.000 tahun yang lalu.
Kita tidak akan pernah sanggup mengambarkan secara meyakinkan bahwa kisah-kisah pribumi ihwal makhluk luar biasa menyerupai Bunyip dan Mapinguari, berasal dari penampakan megafauna yang kini telah punah.
Tetapi, masuk logika untuk menganggap hal ini mungkin terjadi dalam beberapa kasus.
Ada bukti cantik dari beberapa potongan dunia bahwa kisah ihwal pengamatan yang dilakukan pada lebih dari 7.000 atau mungkin lebih dari 10.000 tahun yang lalu, telah hingga kepada kita di hari ini dalam bentuk yang sanggup dipahami.
Dengan aliran ini, masuk logika untuk mengandalkan ingatan insan ihwal makhluk yang sudah usang punah, sehingga mendukung banyak kisah yang pada umumnya kita anggap sebagai fiksi.
Mungkin banyaknya versi ihwal penggambaran Bunyip didasarkan pada banyaknya binatang, entah yang sudah dikenal, atau dugaan spesies telah punah yang masih bertahan hidup, yang kemudian disalah artikan sebagai Bunyip.
Atau mungkin, Bunyip memang makhluk yang belum teridentifkasi, yang saling tumpang tindih dengan laporan-laporan Bunyip (dari kesalahan identifikasi hewan yang sudah dikenal), sehingga tercipta banyak sekali macam penggambaran Bunyip yang kemudian menyulitkan kita untuk memilih makhluk menyerupai apa Bunyip ini.
Beberapa peneliti percaya Bunyip yakni Diprotodon australis yang seharusnya punah 46.000 tahun yang lalu.
Sementara pada tahun 1933, Charles Fenner menyarankan bahwa Bunyip bantu-membantu yakni anjing laut, di mana terkadang hewan ini ditemukan jauh ke pedalaman menyerupai Overland Corner, Loxton, dan Conargo, sehingga mereka sanggup disalah artikan sebagai Bunyip.
(Sumber : The Australian Bunyip Might Have Actually Existed)
0 comments:
Post a Comment