Budaya ialah salah satu bab yang sangat penting di dalam peradaban manusia. Di antara banyaknya ritus dan budaya yang ialah di dalam peradaban insan itu, ada banyak di antaranya yang mempunyai kekhasan, keekstiman serta keunikan yang luar biasa. Ada yang sengaja melubangi bibir bab bawah hingga sanggup dipasangi dengan lempengan besi ataupun lempengan kayu yang mempunyai diameter yang cukup lebar. Berikut di bawah ini sanggup anda simak beberapa di antara tradisi serta ritual yang tergolong aneh, unik, dan ekstrim :
Tradisi Mardudjara Circumcision Aborigin Australia
Ritual sunat bagi suku Mardudjara agak sedikit berbeda dari biasanya. Ketika para perjaka suku Mardudjara sudah mendekati umur dewasa, para perjaka tersebut di haruskan bersunat, yaitu sekitar umur 15 - 16 tahun. Dalam ritual sunat ini sang perjaka ditelentangkan di akrab api unggun, kemudian dada si perjaka tersebut di duduki oleh kepala suku dengan menghadap ke arah kemaluan si perjaka tersebut. Kemudian kulit kemaluannya di potong dengan memakai pisau yang sudah dijampi-jampi. Tapi proses ritual tidak berhenti hingga disini. Setelah proses pemotongan tersebut akibat si kepala suku memerintahkan si perjaka untuk membuka lisan dan kemudian si perjaka di haruskan menelan kulit kemaluannya sendiri tanpa harus dikunyah.
Tradisi Kayan
Para kaum perempuan yang ada di peradaban Thailand Utara dikenal memakai sebuah cincin dari materi logam kuningan untuk mereka kenakan pada bab leher mereka, sehingga menciptakan mereka mempunyai leher yang kian memanjang ke atas. Para kaum perempuan di sana juga sering dinamai dengan "si leher panjang" atau " perempuan jerapah ". Bagaimana tidak, tercatat bahwa mereka sanggup mengenakan cincin hingga berjumlah 25 kumparan, dan gilanya, cincin-cincin itu ada yang tidak akan pernah dilepaskan hingga mereka mati.
Anak-anak perempuan akan diberikan cincin pertama mereka di pada usia 5 tahun, sehabis beberapa waktu cincin gres akan secara perlahan ditambahkan waktu demi waktu. Dalam kenyataannya, para kaum perempuan di kebudayaan Kayan yang tidak punya leher yang memanjang, maka sebagai gantinya mereka harus bekerja ke spesialisasi yang lainnya.
Tradisi Sambia Papua New Guinea
Suku Sambia di pedalaman Papua new guinea mempunyai ritual kedewasaan yang terbilang unik dan ekstrim. Pada permulaan anak pria yang berumur 7 tahun akan di pisahkan dari ibunya dan di tempatkan di sebuah pondok yang semuanya ialah laki-laki. Setelah dipisahkan dari wanita-wanita, belum dewasa muda akan mengikutii beberapa ritual yang terbilang berbahaya. Yang pertama ialah penyedotan darah dari hidung dengan cara menusukan rumput tajam ke dalam hidung sang bocah hingga darah mengalir dengan deras. Dan kemudian belum dewasa tersebut dipukuli oleh banyak orang pria dewasa. Yang kedua ialah belum dewasa tersebut di haruskan meminum air sperma dari tetua-tetua adat suku Sambia. Tujuan dari ritual ini ialah untuk menguatkan belum dewasa mereka dan mempersiapkan mereka untuk hidup sebagai prajurit.
Tradisi memanjangkan indera pendengaran Suku Masai
Budaya untuk memanjangkan daun indera pendengaran ini ialah orisinil dari kebudayaan Suku Masai di Kenya, dan juga Suku Huaorani di Amazon. Di mana tradisi ini merupakan tradisi yang memang sangat umum digunakan di sana. Mereka sengaja mempraktekkan tradisi ini alasannya memang alasannya bermacam-macam alasan khusus, menyerupai alasan Agama, keperluan upacara adat, untuk kebutuhan ilmu perdukunan, memningkatkan gairah seksualitas, dan juga dipercaya sanggup menambah segi keindahan tubuh.
Tradisi Suku Apatani di India
Suku Apatani yang letaknya ada di lembah Ziro, yang juga merupakan negara bab dari Arunachal Pradesh timur bahari India. Di mana mereka mempraktekkan sebuah tradisi cukup ekstrim, yaitu dengan para kaum wanita-wanitanya untuk mengenakan sebuah colokan kayu berukuran tidak mengecewakan besar pada bab hidung mereka. Tradisi itu telah mereka terapkan yaitu sudah sekitar ratusan tahun yang kemudian secara bebuyutan dan masih dilestarikan hingga kini.
Tradisi unik dan eketrim untuk menuju kedewasaan yang dilakukan para remaja dari suku Apatani ini ialah dengan cara menciptakan ukiran luka pada bab dahinya. Kebanyakan anak pria serta kaum perempuan suku Apatani memang tidak mencicipi sakit pada dikala melaksanakan ritual ekstrim ini. Prosesnya umayan mengerikan, di mana seorang dukun setempat akan memakai sebuah pisau yang membara panas untuk menciptakan 3 buah ukiran luka pada bab dahi mereka. Dan yang gilanya, kalau mereka meringis ataupun malah menangis, maka mereka akan mencicipi aib di depan masyarakat sekitar.
Festival Vegetarian Phuket, Thailand
Untuk kebanyakan orang, ritual yang satu ini memang tergolong sangat ekstrim. Namun untuk warga Thailand sendiri, tradisi ekstrim ini sudah biasa dan menjadi tontonan yang sangat menghibur. Bagi para orang yang terlibat di dalamnya, mereka sudah benar-benar mengabaikan rasa sakit. Ritual yang satu ni merupakan sebuah ritual tahunan yang sengaja dilakukan di depan khalayak umum guna mengumumkan pada seluruh masyarakat bahwa mereka yang terlibat di dalamnya sudah menjadi insan yang dewasa.
Festival vegetarian di Phuket ini memang merupakan bab dari tradisi masyarakat tionghoa yang ada di sana. Festival ini biasanya diadakan di sebuah pulau di wilayah Thailand Selatan Phuket. Hal yang paling mengesankan ialah bab prosesinya yang diadakan nyaris setiap pagi selama sepuluh hari penuh ekspo itu berlangsung. Beragam jenis media benda tajam (yang kebanyakan ialah logam) ditusukkan dengan melalui pipi para pelaku ritualnya, yaitu sebagai wujud dedikasi diri bagi seluruh leluhur dan masyarakat. Ritual gila yang lainnya ialah dengan berjalan tanpa ganjal kaki sempurna di atas jajaran bara panas.
Tradisi memasang plat bibir, Sudan dan Ethiopia
Pemasangan pelat pada bab bibir, yang juga dikenal sebagai plug bibir, ialah sebuah tradisi dalam modifikasi tubuh. Semakin besar cakram yang dipakai, (biasanya berbentuk melingkar dan terbuat dari materi tanah liat serta kayu), kemudian akan dimasukkan dalam lubang tindik pada bibir bab atas dan juga bab bawah. Bukti dalam inovasi arkeologi menyampaikan tradisi ekstrim ini telah dilakukan semenjak ribuan tahun yang kemudian di wilayah Sudan dan wilayah Ethiopia.
Di Afrika, pemasangan piring pada bibir bawah biasanya dikombinasikan dengan melaksanakan proses eksisi dari dua buah gigi depan bab bawah orang yang diritualkan. Di antara orang-orang kaum Sara dan kaum Lobi, gilanya pelat piring juga akan dimasukkan pada bibir bab atas. Suku-suku yang lainnya, menyerupai suku Makonde, pemakaian pelat piring hanya diterapkan pada bibir bab bawah saja. Pada banyak sumber yang jauh lebih renta juga dilaporkan bergotong-royong ukuran dari pelat piring itu juga merupakan tanda bersifat penting dalam strata sosial dan ekonomi dalam kehidupan mereka.
0 comments:
Post a Comment