Hamparan luas padang rumput kering di wilayah Afrika Selatan semenjak beberapa waktu yang kemudian nampak dihiasi jejak-jejak asing dan asing, di mana jejak-jejak yang asing itu akibatnya populer dengan sebutan “Lingkaran Peri”. Jejak-jejak lingkaran itu tidak hanya beberapa saja, namun tergolong sangat banyak dan hampir merata pada keluasan tertentu. Jajak-jeka lingkaran itu mempunyai diameter dari 2 meter hingga ada yang mencapai diameter 15 meter. Yang unik dan anehnya yaitu lingkaran-lingkaran itu terbentuk sempurna pada spot tengah vegetasi rumput, yang terkhusus di wilayah Namibia. Namun, lingkaran-lingkaran yang misterius itu juga ada ditemukan di kawasan Angola
Penelitian ilmiah para jago wacana fenomena “Lingkaran Peri”
Seperti yang juga sudah dihasilkan oleh sejumlah penelitian para jago dari banyak sekali tempat, bahwa fenomena lingkaran peri itu rata-rata terdiri oleh kawasan lingkar lingkaran yang dalamnya cenderung tidak tervegetasi sama sekali. Kemudian juga belum ada sama sekali klarifikasi ilimiah yang sanggup mengungkap wacana bagaimana jejak-jejak lingkaran itu bisa terbentuk. Ada satu buah teori yang menyampaikan bawasanya binatang rayaplah yang berperan dalam munculnya jejak-jejak lingkaran itu. Akan tetapi studi yang terbaru juga telah menyatakan bersama-sama tidak ada yang menjadi bukti besar lengan berkuasa bahwa binatang rayap yang menjadi penyebab fenomena asing ini.
Fenomena “Lingkaran Peri” dan mitos masyarakat setempat
Di dalam mitos-mitos verbal dari penduduk orisinil wilayah Himba, jejak-jejak asing tersebut dipercaya dibentuk secara tidak sengaja oleh seekor naga api yang bersemayam di bawah kedalaman kerak bumi. Di mana nafas naga yang panas itu menghasilkan gelembung-gelembung berapi yang naik ke atas permukaan bumi, kemudian secara alamiah memperabukan vegetasi yang kemudian membentuk lingkaran-lingkaran yang berbentuk rapi.
Namun tidak berhenti hingga di mitos tersebut, studi ilmiah kembali dilakukan oleh sejumlah jago dan ilmuwan dari Afrika Selatan. Penelitian dan studi tersebut kemudian menyampaikan bahwa fenomena jejak lingkaran-lingkaran itu muncul serta kemudian mereka lenyap secara berkala. Awalnya lingkaran-lingkaran itu muncul dengan diameter 2 meter hingga mencapai 12 meter, yang mana lenyapnya jejak-jejak lingkaran itu akan ditandai dengan tumbuhnya sejumlah rumput di dalam area lingkaran dalam.
Fenomena yang belum terjawab hingga ketika ini
Jejak lingkaran-lingkaran itu merupakan salah satu fenomena alam yang tergolong paling misterius di daratan Afrika, dan ternyata juga masih belum bisa dijelaskan secara ilimiah oleh para ahli, kendati bermacam-macam wujud penelitian sudah dilakukan dan diupayakan selama kurun 25 tahun belakangan ini.
Buat anda yang ingin tau dengan fenomena misterius ini, lingkaran-lingkaran asing tesebut bisa anda temukan yaitu sekitar 100 mil masuk ke wilayah pedalaman Afrika Selatan, yang tepatnya ada di sebuah wilayah yang membentang hingga 1.500 km di sebelah selatan wilayah Angola, Afrika Selatan. Wilayah tersebut termasuk salah satu wilayah yang sangat terpencil dan juga sangat liar alias tidak ramah. Lingkaran-lingkaran misterius itu sama sekali tidak bergerak sehabis 22 tahun lamanya, dan mereka tetap ada pada tempat yang sama. Fenomena kemunculan lingkaran-lingkaran misterius itu telah dipelajari semenjak dilaporkan petama kali pada awal tahun 1971 yang lalu, namun lagi-lagi belum ada satupun bukti faktual yang bisa menjawab mengenai alasan kemunculannya.
Fenomena yang disebabkan oleh sekumpulan peri dan UFO ?
Sebagaimana yang sudah dilansir beberapa media ilmiah, bahwa tidak sedikit pihak yang juga mengklaim bersama-sama fenomena asing ini disebabkan oleh jenis semut tertentu, kemudian ada yang menganggap fenomena itu disebankan oleh tanda-tanda racun radioaktif yang telah dilepaskan oleh salah satu jenis tumbuhan endemik beracun berjulukan Damara Euphorbia.
Namun, ada juga hasil penelitian ilimiah yang menghasilkan sebuah klarifikasi yang lebih masuk logika dan bisa dipercaya untuk menjawab fenomena lingkaran peri ini. Di mana ada spesialis biologi asal Jerman berjulukan Profesor Norbert Juergens, yang telah menemukan bahwa fenomena misterius dan unik itu sebenarnya merupakan hasil dari sebuah rekayasa ekologi yang sifatnya sangat canggih, di mana rekayasa ekologi itu dilakukan oleh sejenis rayap pasir yang berjulukan Psammotermes Allocerus. Rayap pasir itu sanggup kita temukan pada hampir 80% hingga 100% dari area lingkaran, dan jenis rayap ini merupakan satu-satunya jenis serangga yang ditemukan hidup di semua fenomena misterius itu. Rayap-rayap itu sengaja membuat lingkaran-lingkaran dengan cara memakan vegetasi dan beberapa tumbuhan yang memang tumbuh di sekitar koloni mereka. Kemudian rayap-rayap itu menggali tanah pada kawasan itu sehingga secara alami terbentuk pola-pola lingkaran yang unik.
Namun, lagi-lagi hasil penelitian itu masih berupa hipotesis, selama beberapa tahun belakangan ini fenomena itu masih juga membuat para ilmuwan merasa kebingungan. Ribuan buah lingkaran yang ada di tanah tandus itu masih menjadi misteri "lingkaran peri" yang tak kunjung terjawab hingga ketika ini. Beragam macam teori konspirasi pun bermunculan, ada yang beransumsi bahwa tanah di kawasan itu memilii kandungan radioaktif yang sangat kuat, ada juga yang menganggap fenomena itu deisebabkan oleh tanda-tanda meteorit dan tempat persinggahan UFO. Sementara itu, mitos penduduk lokal meyakini bahwa ada seekor naga api yang bersemayam di inti bumi yang menimbulkan munculnya lingkaran misterius itu, ada juga yang menyebutkan bahwa fenomena asing itu disebabkan oleh peradaban kaum peri yang keberadaannya sulit dilacak oleh manusia.
Misteri yang akibatnya mulai terjawab sehabis sekian lama
Pada akhirnya, sejumlah penelitian yang kembali dilakukan oleh para profesor asal Jerman bertahap berhasil mengungkap misteri itu sehabis sekian lama. Setelah dilakukan penelitian intens selama enam tahun lamanya, pada akibatnya berhasil menyampaikan bahwa spesies rayap yang tadi sudah kita bicarakan itulah yang bertanggung jawab atas fenomena misterius ini.
Setelah dilakukan investigasi kepada ratusan lingkaran itu, mereka berhasil menemukan bahwa rayap jenis Psammotermes Allocerus itu yaitu satu-satunya spesies makhluk hidup yang konsisten ada di area itu. Menurut beberapa teori, rayap pasir itu sengaja memakan cuilan akar tumbuhan yang pada akibatnya tanaman-tanaman itu menjadi mati. Hal itu dilakukan oleh rayap-rayap tersebut dengan tujuan untuk membangun semacam perangkap air, yang mana naluri itu sangat seakan-akan dengan binatang berang-berang yang selalu membuat bendungan untuk tujuan tertentu.
Para peneliti dari Jerman tersebut juga menyimpulkan bersama-sama lingkaran peri itu sejatinya juga sebuah rujukan mengagumkan dari acara rekayasa ekologi yang dilakukan sekumpulan rayap pasir, dengan tujuan untuk bisa mempertahankan asupan air yang sangat berharga di dalam wilayah yang sangat gersang.
0 comments:
Post a Comment